Rabu, 25 Mei 2016

Perkembangan Pesantren dalam Membentuk Karakter Pemuda

Perkembangan Pesantren
Diambil dari Tesis: Peran Pesantren dalam Membentuk Karakter Pemuda[1]
Alwi Shihab (2002), dalam bukunya Islam Inklusif menulis Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik merupakan orang pertama yang membangun lembaga pengajian yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuannya adalah agar para santri menjadi juru dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas. Usaha Syaikh menemukan momuntem seiring dengan mulai runtuhnya singgasana kekuasaan Majapahit (1293 – 1478 M). Islam pun berkembang demikian pesat, khususnya di daerah pesisir yang kebetulan menjadi pusat perdagangan antar daerah bahkan antar negara.
Fatah Syukur (2002), menyampaikan bahwa hasil penelusuran sejarah ditemukan sejumlah bukti kuat yang menunjukkan bahwa cikal bakal pendirian pesantren pada awal ini terdapat di daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus, Lasem, dan Cirebon. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus tempat persinggahan para pedagang dan muballig Islam yang datang dari Jazirah Arab seperti Hadramaut, Persia, dan Irak. (Dinamika Pesantren dan Madrasah Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
Lembaga pendidikan pada awal masuknya Islam belum bernama pesantrensebagaimana dikemukakan oleh Marwan Saridjo sebagai berikut: Pada abad ke-7 M. atau abad pertama hijriyah diketahui terdapat komunitas muslim di Indonesia (Peureulak), namun belum mengenal lembaga pendidikan pesantren. Lembaga pendidikan yang ada pada masa-masa awal itu adalah masjid atau yang lebih dikenal dengan nama meunasah di Aceh, tempat masyarakat muslim belajar agama. Lembaga pesantren seperti yang kita kenal sekarang berasal dari Jawa. Usaha dakwah yang lebih berhasil di Jawa terjadi pada abad ke-14 M yang dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim dari tanah Arab.
Menurut sejarah, Maulana Malik Ibrahim ini adalah keturunan Zainal Abidin (cicit Nabi Muhammad saw). Ia mendarat di pantai Jawa Timur bersama beberapa orang kawannya dan menetap di kota Gresik. Sehingga pada abad ke-15 telah terdapat banyak orang Islam di daerah itu yang terdiri dari orang-orang asing, terutama dari Arab dan India. Di Gresik, Maulāna Mālik Ibrāhīm tinggal menetap dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya tahun 1419 M. Sebelum meninggal dunia,
Maulāna Mālik Ibrāhīm (1406-1419) berhasil mengkader para muballig dan di antara mereka kemudian dikenal juga dengan wali. Para wali inilah yang meneruskan penyiaran dan pendidikan Islam melalui pesantren. Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai perintis lahirnya pesantren di tanah air yang kemudian dilanjutkan oleh Sunan Ampel.
Mengenai sejarah berdirinya pesantren pertama atau tertua di Indonesia terdapat perbedaan pendapat di kalangan peneliti, baik nama pesantren maupun tahun berdirinya. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Depatremen Agama pada 1984-1985 diperoleh informasi bahwa pesantren tertua di Indonesia adalah Pesantren Jan Tanpes II di Pamekasan Madura yang didirikan pada tahun 1762. Tetapi data Departemen Agama ini ditolak oleh Mastuhu. Sedangkan menurut Martin van Bruinessen seperti dikutip Abdullah Aly bahwa Pesantren Tegalsari, salah satu desa di Ponorogo, Jawa Timur merupakan pesantren tertua di Indonesia yang didirikan tahun 1742 M.12 Perbedaan pendapat tersebut karena minimnya catatan sejarah pesantren yang menjelaskan tentang keberadaan pesantren.
Pondok Pesantren merupakan rangkaian kata yang terdiri dari pondok dan pesantren. Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) yang dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunannya. Ada pula kemungkinan bahwa kata pondok berasal dari bahasa arab “fundūk” yang berarti ruang tempat tidur, wisma atau hotel sederhana.
Pada umumunya pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata dasar “santri” yang dibubuhi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal para santri. Menurut beberapa ahli, sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsyari antara lain: Jhons, menyatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan CC. Berg berpendapat bahwa istilah ini berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau bukubuku tentang ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa dari segi etimologi pondok pesantren merupakan satu lembaga kuno yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan agama. Ada sisi kesamaan (secara bahasa) antara pesantren yang ada dalam sejarah Hindu dengan pesantren yang lahir belakangan. Antara keduanya memiliki kesamaan prinsip pengajaran ilmu agama yang dilakukan dalam bentuk asrama.
Secara terminologi, KH. Imam Zarkasih mengartikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
Pesantren sekarang ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas tersendiri. Lembaga pesantren ini sebagai lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran besar dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional. KH. Abdurrahman Wahid, mendefinisikan pesantren secara teknis, pesantren adalah tempat di mana santri tinggal.
Definisi di atas menunjukkan betapa pentingnya pesantren sebagai sebuah totalitas lingkungan pendidikan dalam makna dan nuansanya secara menyeluruh. Pesantren bisa juga dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya.
Mengenai asal-usul dan latar belakang pesantren di Indonesia terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ahli sejarah.
a.         Pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pandangan ini dikaitkan dengan fakta bahwa penyebaran Islam di Indonesia pada awalnya banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat dengan dipimpin oleh kyai. Salah satu kegiatan tarekat adalah mengadakan suluk, melakukan ibadah di masjid di bawah bimbingan kyai. Untuk keperluan tersebut, kyai menyediakan ruang-ruang khusus untuk menampung para santri sebelah kiri dan kanan masjid. Para pengikut tarekat selain diajarkan amalan-amalan tarekat mereka juga diajarkan kitab agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan agama Islam. Aktivitas mereka itu kemudian dinamakan pengajian. Perkembangan selanjutnya, lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pesantren. Bahkan dari segi penamaan istilah pengajian merupakan istilah baku yang digunakan pesantren, baik salaf maupun khalaf.
b.        menyatakan bahwa kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga pendidikan “kuttab”, yakni lembaga pendidikan pada masa kerajaan bani Umayyah yang semula hanya merupakan wahana atau lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqah. Pada tahap berikutnya lembaga ini mengalami perkembangan pesat, karena didukung oleh iuran masyarakat serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi oleh pendidik dan anak didik. Pendapat ini hampir sama dengan pendapat yang menyatakan pesantren diadopsi dari lembaga pendidikan Islam Timur-Tengah, yaitu al -Azhar di Kairo, Mesir.
c.         Pesantren yang ada sekarang merupakan pengambil-alihan dari sistem pesantren orang-orang Hindu di Nusantara pada masa sebelum Islam. Lembaga ini dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran agama Hindu serta tempat membina kader-kader penyebar agama tersebut. Pesantren merupakan kreasi sejarah anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya pra-Islam. Pesantren merupakan system pendidikan Islam yang memiliki kesamaan dengan system pendidikan Hindu-Budha. Pesantren disamakan dengan mandala dan asrama dalam khazanah lembaga pendidikan pra-Islam.

Pesantren merupakan sekumpulan komunitas independen yang pada awalnya mengisolasi diri di sebuah tempat yang jauh dari pusat perkotaan (pegunungan). Pada awal berkembangnya, ada dua fungsi pesantren, yaitu sebagai lembaga pendidikan dan sebagai lembaga penyiaran Islam. Fungsi utama itu masih melekat pada pesantren, walaupun pada perkembangan selanjutnya pesantren mengalami perubahan.
Pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat. Sepanjang abad ke 18 sampai dengan abad ke- 20, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat secara luas, sehingga kemunculan pesantren ditengah masyarakat selalu direspon positif, Respon positif masyarakat tersebut dijelaskan oleh Zuhairani (1992), sebagai berikut:
Pesantren didirikan oleh seorang kiai dengan bantuan masyarakat dengan cara memperluas bangunan di sekitar surau, langgar atau masjid untuk tempat pengajian dan sekaligus asrama sebagai asrama bagi anak-anak. Dengan begitu anak-anak tidak perlu bolak-balik pulang ke rumah orang tua mereka. Anak-anak menetap tinggal bersama kiai. Mas‟ud (2006)
Perkembangan pesantren terhambat ketika Belanda datang ke Indonesia untuk menjajah. Hal ini terjadi karena pesantren bersikap nonkooperatif bahkan mengadakan konforontasi terhadap penjajah. Lingkungan pesantren merasa bahwa sesuatu yang berasal dari barat dan bersifat modern menyimpang dari ajaran Islam.
Di masa kolonial Belanda, pesantren sangat antipati terhadap westernisasi dan modernisme yang ditawarkan oleh Belanda. Akibat dari sikap tersebut, pemerintah kolonial mengadakan kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap pesantren. Pemerintah Belanda mencurigai institusi pendidikan dan keagamaan pribumi yang digunakan untuk melatih para pejuang militan untuk melawan penjajah.




[1] Muh. Ramli, 2015. Peran Pesantren Dalam Membentuk Karakter Pemuda.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar

0 komentar:

Posting Komentar

DUKUNG PENDIRIAN MARKAS YGNI BANYUMAS-PROGRESS REPORT: DANA TERKUMPUL 25,6 JUTA DARI 350 JUTA-SELURUH DANA DARI BP_MAKMUR

Logo Baru YGNI Banyumas

Logo Baru YGNI Banyumas
Perubahan Logo Baru YGNI Banyumas