Kamis, 05 Februari 2015

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ iv
A.  Latar Belakang......................................................................................... iv
B.  Rumusan Masalah.................................................................................... iv
C.  Tujuan....................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ ......... 1
A.  Pengertian Sistem Manajemen Pondok Pesantren...................................... ......... 1
B.  Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren.......................................... 4
C.  Pengelolaan Sistem Manajemen dalam Pesantren................................................ 6
D.  Unsur-unsur Urgensi Pengelolaan Pesantren....................................................... 12
E.  Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren.......................................................... 13
F.  Peran Pesantren dalam Proses Pembangunan Sosial............................................. 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 17
               Kesimpulan................................................................................................. 17
SARAN DAN KRITIK............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19


  
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global pada era ini terasa saat ini terasa sekali pengaruhnya dalam berbagai bidang kehidupan  masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan, social dan budaya, termasuk dalam pendidikan pesantren. Kemajuan yang pesat itu mengakibatkan cepat pula perubahan dan berkembangnya berbagai tuntutan masyarakat.
Masyarakat yang tidak menghendaki keterbelakangan akibat perkembangan tersebut, perlu menanggapi serta menjawab tuntutan kemajuan tersebut secara serius. Dalam rangka menghadapi tuntutan masyarakat lembaga pendidikan masyarakat termasuk pondok pesantren haruslah bersifat fungsional, sebab lembaga pendidikan sebagai salah satu wadah dalam masyarakat bisa dipakai ebagai pintu gerbang dalam menghadapi tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami perubahan.
Untuk itu lembaga pendidikan termasuk pondok pesantren perlu mengadakan perubahan secara terus menerus seiring dengan perkembangannya tuntutan-tuntutan yang ada dalam masyarakat yang dijalaninya.
Maka dari itu kami merumuskan permasalahan yang menyangkut masalah tersebut yang kami rumuskan sebagai berikut:
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Sistem Manajemen Pendidikan Pesantren?
2.      Bagaimanakah Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pondok Pesantren itu?
3.      Bagaimanakah Pengelolaan dalam Pesantren?
4.      Apa sajakah urgensi dari adanya Sistem Manajemen Pendidikan Pesantren?
5.      Apa sajakah sistem manajemen yang ada di pondok pesantren.
6.      Bagamanakah Peran Pesantren dalam Pembangunan soial?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana manajemen dalam pondok pesantren tersebut.
2.      Untuk memahami kombinasi Idealisme dan Profesional pondok pesantren.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dalam pesantren.
4.      Untuk memahami urgensi dalam menjalankan sistem pendidikan di pesantren.
5.      Untuk apa saja manajemen yang ada didalam pesantren.
6.      Untuk memahami peran dan manfaat pesantren dalam pembangunan social.

BAB II
PEMBAHASAN

 A.  Pengertian Sistem Manajemen Pesantren
Sebelum membahas apa itu manajemen pesantren maka kita harus tahu dahulu apa itu sistem  manajement dan apa itu pesantren. Sistem adalah cara, sarana, upaya, dan organ.[1] Dan manejemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management artinya yang dikembangkan dari kata tomanage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggioyang diadopsi dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan.[2]Dalam bahasa Arab berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata beberapa hal dan mengabungkan beberapa antara satu dengan yang lain.[3]
Sedangkan secara terminologis manajemen menurut yang dikutip oleh Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sementara itu salah satu manajemen sebagai peranann disebutkan peranan administrasi eksekutif.[4] Menurut para ahli dikemukakan yang pertama manajemen adalah mengelola orang-orang, yang kedua adalah pengambilan keputusan, yang ketiga adalah pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber untuk menyesuaikan tujuan yang telah ditentukan.[5]
Jadi Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.[6]
Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentralotoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua faktor :[7]
Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren menganut polamono manjemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.
Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.
Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal beberapa pesantren menggalami penggembanggan pada aspek manajemen, organisasi, dan atministrasi penggelolan keuanggan. Perkembanggan ini dimulai dari perubahan gaya kepemimpinan pesantren dari karismatik ke rasionalostik, dari otoriter paternalistic ke diplomatik partisipatif. Sebagai contoh kasus kedudukan dewan kyai di pesantren tebu ireng menjadi salah satu unit kerja kesatuan administrasi penggelolaan penyelenggaraan pesantren sehingga pusat kekuasaan sedikit terdistribusi di kalangan elite pesantren dan tidak terlalu terpusat pada kyai. [8]
Beberapa pesantren sudah membentuk badan pengurus harian sebagai lembaga payung yang khusus mengelola dan menanggani kegiatan-kegiatan pesantren misalnya pendidikan formal, diniyah, penggajian majelis ta’lim, sampai pada masalah pengginapan (asrama santri), kerumah tanggan, kehumasan. Pada tipe pesantren ini pembagian kerja antar unit sudah perjalan denggan baik, meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang kuat.[9]
Sayangnya perkembangan tersebut tidak merata di semua pesantren. Secara umum pesantren masih menghadapi kendala serius menyangkut ketersediaan sumber daya manusia profesional dan penerapan manajemen yang umumnya masih konvensional, misalnya tiadanya pemisahan yang jelas antara yayasan, pimpinan madrasah, guru dan staf atministrasi, tidak adanya transparasi pengelolaan sumber-sumber keuangan belum terdistribusinya pengelolaan pendidikan, dan banyaknya penyelenggaraan atministrasi yang tidak sesuai aturan baku organisasi. Kyai masih merupakaan figure sentral dan penentu kebijakan pendidikan pesantren. [10]
Rekuitmen ustadz atau guru, penggembangan akademik, reward sistem, bobot kerja juga tidak berdasarkan aturan yang berlaku.penyelenggaraan pendidikan sering kali tanpa perencanaan. Berapa banyak pesantren yang memiliki rencana induk pengembangan (RIP), dan statutnya misalnya sebagai pedoman penggelolaan pendidikan.[11]
Kerumitan dan permasalahan ini menyebapkan antara normativitas dan kondisi opyektif pesantren ada kesenjangan termasuk dalam penerapan teori manajemen pendidikan. Semata-mata berpegang pda normativitas dengan mengabaikan kondisi obyektif yang terjadi di pesantren adalah tindakan kurang bujaksana, kalau tidak dikatakan gagal memahami pesantren. Akan tetapi membiarkan kondisi itu berjalan terus tanpa ada pembenahan juga tidak arif.  Penerapan manajemen pendidikan tidak hanya di tetapkan tanpa mempertimbangkan atau mengakomodasi keadan yng riil di pesantren. Harus ada toleransi dalam menyikapi kesenjangan itu secara wajar tanpa menggundang konflik.

 B.  Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren
Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa di kenal dengan istilah“lillahi ta’ala”.[12] Konsep tersebut menjiwai hamper semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.
Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu  idealism-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan eksistensi pondok pesantren di satu sisi, serta dapat menigkatkan daya kompetitif pesantren dalam era global di sisi lainya. Kombinasi tersebut dapat menghasilkan konsep manajemen pondok pesantren denggan karakteristik baru yang ideal. Selain itu juga dapat disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP). Dengan MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan karakteristik pondok pesantren yang efektif.[13]
Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan system yaitu dari segi imput-proses-output. Hal itu didasari atas pemikiran bahwa pondok pesantren merupakan suatu sistem sehingga menguraikan karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses output yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren secara keseluruhan.[14] Dimana karakteristik tersebut ditandai dengan adanya pondok pesantren yang didasarkan pada input maupun ouput yang ada.[15] Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri dengan imput mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangakan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input memiliki tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih rendah dari pada output. 
1.  Output yang diharapkan
Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik pesantren yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta manajemen di pondok pesantren.
Output pondok pesantren dikelompokan menjadi empat macam:
a.     Output berupa prestasi penggetahuan akademik keagamaan.
b.     Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum.
c.     Output berupa prestasi keterampilan  atau kecakapan hidup.
d.    Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.
2.  Input podok pesantren
Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.
a.          Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b.          Sumber daya tersrdia dan siap.
c.         Staf yang kopeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul karimah.
d.        Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
e.         Focus pada pelanggan khususnya para santri.
f.          Adanya imput manajemen yang memadai untuk menjalankan roda pondok pesantren.
C.   Pengelolaan  Sistem dalam Pendidikan Pesantren
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource)merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1.   Potensi pendidikan.
2.   Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel.[16]Terkait denggan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga.[17]
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya denggan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan oleh beberapa pondok pesantren seperti Darussalam (GONTOR),pesantren As-salam (Pabelan-Surakarta), pesantren Darun Najah (Jakarta), dan pesantren al-Amin (Madura).[18]
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensionaldenggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.[19]
Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang unggul dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern. Padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang memiliki sumber daya manusia kurang kompetotif inilah yang kerap menjadikannyatermaginalisasi dan kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keaneragaman karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan bukan tidak mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan dan pengelolaan  masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian (otonomi) yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative solid di mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat.[20]
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak baik[21]. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya melindunggi personil pengelolaan pesantren (kyai, pengasuh, ustadz, atau pengelola pesantren lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren.[22] Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren denggan harta milik individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu. Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, termasuk orang tua santri.
Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan dan pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta anggaran incidental jika perlu
            Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:[23]
1.     Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai denggan kebutuhan
2.    Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program
3.    Terbuka dan transparan
4.    Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini di mungkinkan
Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbanggan dan membantu menggontrol kebijakan program pesantren termasuk penggaliaan dan penggunaan keuanggan pesantren.
Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi penggelola pesantren melaksanakan menejemen keuanggan yang baik hal-hal yang perlu di muat dalam RAPBP antara lain:
a.    Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, meliputi:
1)   Konstribusi santri.
2)   Sumbanggan dari individu dan organisasi.
3)   Sumbanggan dari pemerintah bila ada.
4)   Dari hasil usaha.
b.  Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perlu di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk dana operasional harian, penggembangan sarana dan prasarana pesantren, infaq semua petugas pesantren, dana kerja sama, dan bahkan dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan denggan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang diupayakan  tidak terjadi anggaran pendapatan minus.
            Denggan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuanggan yang akan menjadi kunci dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga maka sentralisasi penggelolaan keuanggan terfokus pada bendaharawan pesantre. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mempermudah pertanggung jawaban keuanggan. Setiap penggunaan keuanggan perlu dilakukan melalui pengajuan keuanggan secara tertulis,dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang di danai. Agar mudah pengawasanya.
Berkaitan denggan penggelolaan keuanggan ada hal-hal yang perlu di perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:
a)        Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat laporan keunggan kepada komite pesantren untuk di cocokan dengan RAPBP.
b)        Laporan keuanggan harus di lampiri bukti-bukti penggeluaran yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan PPh) bila ada.
c)        Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan honorarium atau bantuan atau bukti penggeluaran yang lain yang sah.
d)       Neraca keuanggan juga harus di tunjukan untuk di periksa oleh tim bertanggung jawaban keuanggan dari komite pesantren
Selain buku neraca keuanggan yang erat hubunganya denggan penggelolaan keuanggan ada juga beberapa buku lain yang juga penting bagi bendaharawan pesantren:[24]
1.      Buku kas umum
2.      Buku persekot atau uang muka
3.      Daftar potongan-potongan
4.      Daftar gaji
5.      Buku tabunggan
6.      Buku iuran
7.      Buku catatan lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan penggeluaran incidental.
Pesantren sebagai lembaga yang semestinya menjaga akuntabilitas publik selayaknya jika mulai memperbaiki manajemen atau penggelolaan keuanggan secara baik dan bertanggung jawab.
 D.  Unsur-unsur Urgensi Pengelolaan Pesantren
Pengelolaan pondok pesantren harus secara luas bersadarkan unsur-unsur penting sebagai berikut:[25]
1.      Misi pesantren yang sesuai dengan filosofis pendidikan Islam.
2.      Struktur organisasi fungsional pesantren.
3.      Kemitraan dan pelayanan yang baik.
4.      Perencanaan dan pengembangan pesantren.
5.      Pengelolaan dan supervisi SDM.
6.      Dinamika dalam menjalankan strategi pembelajaran.
7.      Penguatan kurikulum praktis.
8.      Pengelolaan Sumber Daya Belajar secara efisien.
9.      Pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas pesantren.
10.  Sistem evaluasi dan pertanggungjawaban.
 E.  Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren
1.    Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren
Pada awalnya adalah hanya pengajaran yang simpel tidak ada kurikulum tidak seperti sekarang ini. Sebenarnya pembelajaran yang diberikan dalam pondok pesantren sudah menggunakan kurikulum tertentu yang lama yaitu sistem pengajaran tuntas kitab, dalam hal ini kyai bebas untuk membacakan kitabnya.[26]
2.      Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran dapat diartikan sebagai cara uyang diperguanakan untuk menyampaikan tujuan. Pondok pesantren secara agak seragam menerapkan sistem pengajaran yang sering kita kenal yaitu: sorogan, bandungan, hafalan dan masih banyak lainnya. Akan tetapi konsep keilmuan lebih menekankan pada rasionalitas seperti yang menjadi dasar pendidikan modern.[27]
3.      Sistem Pembiayaan
Pondok pesantren sebagai lembaga non formal juga sebagai lembaga sosial keagamaan. Dan perjalanannya, pembiayaan dalam bidang pendidikan pesantren bisa didapat dari imbal swadya pemerintah, yaitu Depag, Link Depag, Instansi Daerah maupun dari lainnya. Karena kepedulian pesantren ini dilandasi dengan keikutansertaan pemerintah dalam memajukan pondok pesantren dengan karakternya yang khas.


 F.  Peran Pesantren dalam Proses Pembanggunan Sosial
Perspektif historis pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khasanah perkembanggan sosial budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri didalam masyarakat Indonesia. Dan asal-usul historis sistem pondok pesantren ini tidak bisa lepas begitu saja dengan persoalan kedatangan Islam ke wilayah nusantara.[28] Menurutnya lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai sebuah subkultur.
Selaras denggan pandanggan pembangunan sebagai proses pembanggunan sosial, Ginanjar Kartasasmita menggemukakan. Bahwa hakekat pembanggunan itu tiada lain merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan  kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta menggembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan Negara yang maju dan demokratis berdasarkan pancasila. Pembanggunan nasional diarahkan untuk mencapai kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin, termasuk terpenuhnya rasa aman, tentram, dan penuh keadilan.
Dalam konteks ini praktek pembanggunan sosial itu bukan saja menjadi milik dan tanggung jawab institusi pemerintahan, melainkan bertanggung jawab bersama antara pemerintahan dan masyarakat. Hanya saja keberadaan pesantren tidak memiliki kewenanggan langsung untuk merumuskan aturan sehingga peranya dapat di kategorikan kedalam apa yang di kenal dengan partisipasi. Dalam hal ini, pesantren melalui kiai dan santri didiknya cukup potensial untuk menggerakkan masyarakat secara umum. Sebab, bagaimanapun keberadaan kiai sebagai elite sosial dan agama menepati posisi dan peran sentral dalam struktur sosial masyarakat Indonesia.[29]
Salah satu sektor penting dalam pembanggunan sosial yang mendapatkan perhatian khusus hampir pada setiap proses pelaksanaan pembanggunan adalah aspek pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama menyangga keberhasilan pelaksanaan pembnggunan sosial. Hampir bisa dipastikan bagi suatu daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat keberhasilan pembanggunan yang cukup tinggi bila di bandingkan dengggan daerah yang rata-rata tingkat pendidikanya masih relative rendah.
Terkait denggan pembanggunan di bidang pendidikan, pesantren dalam praktisnya sudah memainkan peran penting dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan trsebut. Para kiai atau ulama yang selama ini menjadi figuran dalam masyarakat Indonesia dan bukan sekedar sosok yang dikenal sebagai guru, senantiasa peduli denggan lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya. Merekabiasanya memiliki komitmen tersendiri untuk turut melakukan gerakan transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan.
Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiai sebagai medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan kepada pemberdayaaan salah satunya aspek kongnitif masyarakat. Pendirian lembaga pendidikan. Pondok pesantren yang menjadi ciri khas dari gerakan transformasi sosial keagamaan para ulama menandakan peran penting mereka dalam peran pembanggunan sosial secara umum melalui media pendidikan. Munculnya tokoh-tokoh informal berbasis pesantren yang sanggat berperan besar dalam menggerakkan dinamika kehidupan sosial masyarakat desa misalnya, tidak bisa dilepaskan dari jasa dan peran besar kiai atau ulama. Demikian pula lahirnya berbagai pendidikan modern yang cukup pesat dewasa ini secara geneologis tidak bisa di lepaskan pula dari akarnya yakni pendidikan pesantren .

                                                               


BAB II
PENUTUP
Kesimpulan:
1)      Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.
2)      Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu  idealism-profesionalisme.
3)      Menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern.
4)      Misi pesantren yang sesuai dengan filosofis pendidikan Islam dan yang sudah dijelaskan diatas.
5)      Kurikulumnya, Sistem Pengajarannya dan Sisitem pembiayaannya.
6)      Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiai sebagai medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan kepada pemberdayaaan salah satunya aspek kongnitif masyarakat.





SARAN DAN KRITIK
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Rifqi Muntaqo, M.S.I, yang selaku dosen Studi Pesantren yang telah memberikan tugas makalah ini sebagai bahan rujukan maupun digunakan sebagaimana mestinya.
Dan kami mengharapkan untuk dapat memberikan tambahan yang sekiranya dapat menjadikan penguat terhadap makalah ini, atau pengarahan terhadap isi makalah ini apabila ada sedikit atau banyak menyimpang.
Dan tak lupa kepada para pembaca yang budiman untuk dapat mengkritisi makalah ini, sehingga akan muncul pengetahuan baru yang bergguna untuk kita semua.
Juga kepada  seluruhnya, untuk tidak hanya mengkaji atau membahas permasalahan ini yang sebatas pada makalah ini, akan tetapi cari dan telitilah kembali dengan pembahasan yang sama dengan refrensi lain untuk dapat memperkaya pengetahuan kita. Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya dan khususnya pada kami sendiri..Amiin.
Terima Kasih.




DAFTAR PUSTAKA
1)        Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, 2008, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra).
2)        Dhofier, Zamakhsyari 2011, Tradisi Pesantren. cet. 8, ed. 8, (Jakarta; LPEES).
3)        Haedari, Amin dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.  (Jakarta:Diva Pustaka).
4)        Halim, A dkk, 2005, Manajemen Pesantren, cet. 1, (Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi Aksara).
5)        _________Manajemen Pondok Pesantren….
6)        Jawwad, M. Abdul Menjadi Manajer Sukses, 2004, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani).
7)        Masyhud, M. Sulthon dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka).
8)        MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media Nusantara).
9)        Sutabri, Tata  2005, Sistem Informasi Manajemen, cet. 1. Ed. 1 Perpustakaan Negara.
10)    Yacub, M, 2006, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT. Angkasa).





[1]Tata Sutabri,  2005, Sistem Informasi Manajemen, cet. 1. Ed. 1 Perpustakaan Negara: hal. 14. 
[2]_________Manajemen Pondok Pesantren. hal. 16.           
[3]M. Abdul Jawwad, Menjadi Manajer Sukses, 2004, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani). hal. 181. 
[4]Ibid. hal.17.
[5] Amin Haedari dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.  hal.51.
[6]MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media Nusantara). hal. 17. dan A. Halim, dkk, 2005, Manajemen Pesantren, cet. 1, (Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi Aksara). hal. 115.
[7]M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka).14-15. Dan Amin Haedari dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Cet. 3. (Jakarta:Diva Pustaka). hal. 9.
[8]Ibid, hal. 10
[9]Zamakhsyari Dhofier, 2011, Tradisi Pesantren. cet. 8, ed. 8, (Jakarta;LPEES). Hal. 80.
[10]Ibid.  
[11] M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren…hal. 16.
[12]_______Sistem Manajemen Pondok Pesantren. hal. 34. 
[13] Ibid, hal. 24.
[14] MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media Nusantara). Hal. 19.
[15]M. Yacub, 2006, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT. Angkasa). hal. 62.
[16]MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,…hal. 27.
[17] Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, 2008, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra). Hal. 18.
[18]Manajemen Pondok Pesantren. ..hal. 19.
[19] Zamakhsyari Dhofier, 2011, Tradisi Pesantren…hal. 54-55.
[20] Amin Haedari dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Cet. 3. (Jakarta:Diva Pustaka).  hal. 13.
[21] MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,..hal. 77.
[22]Zamakhsyari Dhofier, 2011, Tradisi Pesantren…hal. 79-80.
[23]Binti Maunah, 2011, Landasan Pendidikan , cet. 1, (Yogyakarta: Teras). Hal. 34
[24] MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren…hal. 73.
[25]Amin Haedari dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. …hal. 56.
[26]Ibid, hal. 59-60.
[27]Ibid, hal.62-65.
[28]Ibid, hal. 29.
[29]M. Yacub, 2006, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT. Angkasa). hal. 72. 

0 komentar:

Posting Komentar

DUKUNG PENDIRIAN MARKAS YGNI BANYUMAS-PROGRESS REPORT: DANA TERKUMPUL 25,6 JUTA DARI 350 JUTA-SELURUH DANA DARI BP_MAKMUR

Logo Baru YGNI Banyumas

Logo Baru YGNI Banyumas
Perubahan Logo Baru YGNI Banyumas